Mendag Siapkan Tujuh Jurus Tangkal Dampak Perang Dagang

0

Pelita.online – Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan sudah menyiapkan tujuh jurus yang bisa dilakukan Indonesia untuk menangkal dampak sejumlah perang dagang yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Perang dagang terjadi antara Amerika Serikat-China, AS-Uni Eropa, hingga Jepang-Korea Selatan.

Pertama, fokus menyelesaikan berbagai perundingan dan perjanjian dagang internasional, baik secara bilateral maupun multilateral. Menurut catatannya, setidaknya ada 12 perjanjian dagang yang sudah diselesaikannya dalam tiga tahun menjabat sebagai Mendag.

“Ada tiga lagi (yang sedang dikejar), mudah-mudahan bisa kami selesaikan tahun ini untuk ditandatangani tahun depan. Karena kalau tidak dijalankan, kita akan kalah dengan negara tetangga, sekarang saja kita sudah kalah dari sisi investasinya,” kata Enggar di kawasan Sarinah, Jakarta, Minggu (6/10).

Kedua, memperluas jangkauan ekspor ke pasar non tradisional. Pasar tersebut merupakan negara-negara yang selama ini bukan mitra dagang utama Indonesia dalam bidang ekspor.

“Kalau hanya tergantung pada pasar yang sudah ada, seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika, Eropa, China, ya tidak bisa. Jadi buka ke yang lain,” ujarnya.

Ketiga, diversifikasi produk ekspor melalui hilirisasi atau penambahan nilai pada produk yang nantinya akan dijual ke pasar internasional. Menurutnya, selama ini Indonesia hanya terpaku pada ekspor sumber daya alam, seperti minyak, gas, batu bara, dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oils/CPO).

Padahal, sumber daya alam itu bisa saja habis. Selain itu, mudah terpengaruh oleh gejolak ekonomi dunia. Untuk itu, diversifikasi produk ekspor perlu dilakukan, misalnya memperbanyak ekspor rotan, furnitur, hingga coklat.
Keempat, membuka diri pada relokasi industri. Politikus Partai Nasional Demokrat (Nasdem) itu menilai langkah ini perlu dilakukan agar aliran investasi dari luar negeri tetap masuk ke dalam negeri. Sebab, Indonesia juga perlu investasi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional.

Penerimaan relokasi industri juga harus dilakukan secara cermat, yaitu fokus pada industri yang berorientasi ekspor dan bisa memajukan ekonomi nasional. Kelima, menjaga iklim investasi dan perdagangan.

“Jangan ada demo-demo yang anarkis makanya,” celetuknya.

Keenam, meningkatkan konsumsi domestik, khususnya pada produk lokal.

“Cintai dan pakai produk lokal di dalam negeri itu perlu dilakukan,” katanya.

Langkah terakhir Enggar adalah menjaga tingkat inflasi atau harga barang kebutuhan masyarakat. Ia mengatakan inflasi perlu dilakukan agar tingkat daya beli masyarakat tetap terjaga, sehingga kemampuan konsumsi tetap tinggi.

“Kalau pertumbuhan ekonomi tinggi, inflasi tinggi, itu tidak ada artinya. Daya beli masyarakat harus didorong. Kalau inflasi tinggi, itu bisa pengaruhi pertumbuhan ekonomi (jadi rendah),” pungkasnya.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY