Mengenang kisah sukses berbisnis pendiri IKEA hingga jadi orang terkaya dunia

0

Swedia, Pelita.Online – Ingvar Kampard, pengusaha Swedia pendiri IKEA, tutup usia pada hari Minggu lalu. Selama 70 tahun, Kampard membangun IKEA hingga menjadi salah satu toko perabot terbesar dunia.

Dilansir dari Business Insider, Selasa (30/1), kekayaan Kampard ditaksir mencapai USD 48,1 miliar atau setara Rp 644,6 triliun. Dia adalah salah satu orang terkaya dunia yang mandiri dalam membangun kekayaannya.

Seorang penulis bernama Malcolm Gladwell mengungkapkan kesuksesan Kampard hadir karena sifat yang tidak mudah percaya dan ketidakpeduliannya saat orang lain mengatakan idenya gila.

Lahir di Swedia Selatan pada 1926, Kampard sudah mulai berdagang pada umur 5 tahun. Produk pertama yang dijualnya ialah korek api. Pada usia 10 tahun, Kampard menjual dekorasi Natal, ikan, hingga pensil.

Saat usia 17 tahun, ayahnya memberinya hadiah uang atas kelulusannya meski dia menderita disleksia. Uang itu akhirnya dijadikannya modal awal pendirian IKEA pada 1943.

Pada awalnya IKEA bukanlah toko perabot rumah tangga. Produk awal yang dijual IKEA adalah produk-produk kecil seperti pigura.

Bisnisnya terus berkembang. Pada 1956, Kampard berinovasi dengan menjual perabot sebelum dirakit. Idenya ini membuat produk perabotnya dijual lebih murah.

Menurut Gladwell, Kampard adalah seorang yang teliti, berpikiran terbuka, dan tidak mudah dipengaruhi. Kombinasi ketiga sifatnya ini membuat Kampard menjadi seorang inovator yang tidak takut gagal semenjak awal karir usahanya.

Pada awal IKEA berdiri, Kampard sempat kesal pada pemerintah Swedia yang membebankan pajak besar meski pada usaha kecil menengah seperti miliknya. Maka dari itu, dia memindahkan pabriknya ke Denmark pada 1973. Sementara, kantor pusat IKEA berada di Belanda hingga saat ini.

Kampard tidak pernah ingin membesarkan IKEA dengan melantai di bursa saham. Sebab, menurutnya, keberlanjutan suatu usaha bergantung pada perencanaan jangka panjang.

Berdasarkan informasi Wealth X, Kampard tidak pernah meminjam uang atau menjual saham perusahaan hingga IKEA diserahkan pada yayasan bentukannya untuk dikelola. “Saya tidak ingin IKEA bergantung pada institusi keuangan manapun,” ujarnya.

Sikap ‘bebal’ Kampard juga ditunjukkan oleh gaya hidupnya yang sangat sederhana. Dia tidak pernah tergiur untuk foya-foya. Kampard selalu menggunakan penerbangan kelas ekonomi, tinggal di hotel murah, dan mengendarai mobil yang sama selama 20 tahun.

Saat ini, IKEA telah membuka 370 gerai di 47 negara. Sampai akhir hayatnya di usia 91 tahun, Kampard tetap bekerja sebagai pimpinan di IKEA. “Saya punya banyak pekerjaan hingga tidak ada waktu untuk meninggal,” tuturnya.

Dalam buku autobiografi yang dia tulis pada 1998 silam untuk menjelaskan sejarah IKEA, Kamprad menceritakan bahwa dirinya sering mengunjungi pasar sayur di jalan jelang toko-toko tutup agar bisa mendapat harga lebih murah. Dia bahkan disebut masih suka makan di restoran yang murah.

Kampard juga kerap membeli baju-bajunya di pasar barang bekas. Hal ini diakuinya sendiri dengan alasan untuk penghematan. “Saya tidak berpikir apa yang saya kenakan tidak boleh dibeli di pasar barang bekas.”

Mantan asisten eksekutifnya, Jogan Stenebo, mengungkapkan bahwa Kamprad selalu menciptakan imej yang sama dalam kehidupan sehari-hari maupun saat berada di perusahaan. “Dia ingin dianggap hanya sebagai orang biasa, sama seperti kita,” ujar Stenebo.

 

merdeka.com

LEAVE A REPLY