Mengubah Iklim Investasi dengan Rempah Satu per Satu

0

Pelita.online –  Satu investasi dari pihak swasta di Indonesia telah mengubah model tradisional risiko versus imbal hasil. Sindo Group yang dipelopori wirausahawan Timothy Young dan Brandon Conboy mengincar usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sektor pertanian dan manufaktur rempah-rempah yang sudah lama dihindari dan terbelakang.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemdag), ekspor rempah Indonesia sekitar $500 juta per tahun. Rempah adalah komoditas ekspor terbesar keempat Indonesia dan Indonesia juga merupakan pengekspor lada kedua terbesar di dunia.

Namun, 45% dari pasar rempah masih dijalankan oleh UMKM yang hingga saat ini masih terbelakang dan tersegmentasi. Bagi investor seperti Timothy dan Brandon, ini adalah kesempatan emas untuk mengatasi kesenjangan pendanaan dan meraih imbalan yang lebih besar dari kelas aset lain. Tetapi, Timothy dan Brandon tidak menyangka adanya dampak sosial dengan membantu orang-orang.

Salah satu penerima pembiayaan Sindo Group adalah Sigit Ismaryanto dari PT Alam Sari Interbuana. Ia awalnya bekerja sebagai pekerja konstruksi jalan di selatan Indonesia. Tetapi, ia memiliki cita-cita yang lebih besar. Sigit awalnya bisa dengan mudah mengakses permodalan untuk memulai bisnis pengadaan rempah. Ia bahkan merambah ke infrastruktur dan manufaktur distribusi pangan.

Namun, ia mengaku kesulitan mengakses permodalan dengan maraknya korupsi. Meski Sigit sudah menjalankan usaha sesuai aturan, hal ini tentu berdampak besar pada bisnisnya. Birokrasi dan persetujuan pinjaman di bank milik negara menjadi terlalu rumit dan mahal bagi usaha seperti milik Sigit. Tidak sedikit usaha serupa yang gulung tikar karena tak bisa bertahan. Bagi Sindo Group, ini adalah kesempatan untuk menjadi pemberi pinjaman alternatif.

“Proses persetujuannya cepat dan mereka sangat peduli dengan bisnis kami. Mereka sangat ingin memahami. Ini memberikan harapan bagi saya untuk mencapai tujuan-tujuan bisnis saya,” kata Sigit sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (6/12/2020).

Sigit menjelaskan, Timothy sudah beberapa kali mengunjungi tempat usahanya. Ia bahkan mengajarkan Sigit bagaimana mengoptimalkan perusahaannya mulai dari segi manufaktur hingga akuntansi. Sindo Group berhasil meraih internal rate of return (IRR) sebesar 22% yang lebih tinggi dari rata-rata return investasi hanya dengan beberapa kesepakatan pembiayaan jangka pendek.

“Bisnis pengadaan rempah saya sudah berkembang lima kali lipat dengan bantuan Timothy dan para rekannya,” kata Sigit.

Bagi Sindo Group, ini baru sebuah permulaan. Sindo Group berawal dari dana investasi untuk distressed debt investing dalam industri pembiayaan. Sindo Group juga didukung oleh Sinar Mas Group dan investor kelas atas lainnya. Namun, mereka menyadari kapasitas return investasi dan adanya perubahan dalam industri.

“Sebagian besar mengejar persentase return yang lebih tinggi dengan bertaruh dengan aman seperti melalui corporate debt dengan rate tinggi atau saham blue-chipReturn investasi di atas 30% sangat sulit, apalagi dengan suku bunga rendah dan pasar yang terus bergolak. Di kalangan investor internasional, tidak banyak yang tertarik untuk berinvestasi di perusahaan berkembang, apalagi UMKM,” kata Timothy.

“Asalkan Anda melakukan apa yang perlu dilakukan, mengerjakan pekerjaan rumah, menjalin hubungan yang baik dengan para investee, Anda bisa meraup keuntungan yang besar sekaligus membantu mereka yang memberi makan negara ini,” tambahnya.

Kedua pendiri Sindo Group ini saling mengenal melalui seorang teman. Timothy sebelumnya bekerja sebagai trader di HSBC New York. Brandon adalah seorang corporate banker di DBS dan Sinarmas Bank. Meski berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka memiliki passion yang sama untuk investasi dan membawa dampak positif di tempat di mana mereka lahir, Indonesia.

Pengalaman bersama Alam Sari Interbuana membuat keduanya sadar terhadap profitabilitas dan dampak sosial bisa terjadi di waktu yang bersamaan. Dengan tidak hanya memberikan pembiayaan tetapi juga mengajarkan pemilik UMKM praktik bisnis baik, Timothy dan Brandon percaya adanya potensi besar untuk mengembangkan industri ini secara regional atau bahkan secara global.

Dalam keterangan tertulisnya, Sindo Group menyatakan fokus mencari kesempatan investasi di kalangan perusahaan yang terbelakang dan terlewatkan di industri agrikultur sebelum mengincar pasar lain. Dengan mencatat rekor yang kuat dengan berinvestasi, mereka tidak hanya mengumpulkan modal untuk proyek sekarang maupun ke depan, tetapi juga mengubah karakteristik investasi di Indonesia.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY