Relaksasi Pemangkasan Produksi Bikin Harga Minyak Menciut

0
Harga minyak mentah dunia merosot sepanjang pekan lalu yang dipicu oleh relaksasi kebijakan pemangkasan produksi minyak oleh OPEC. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean).

Pelita.Online – Harga minyak dunia merosot sepanjang pekan lalu. Pelemahan utamanya dipicu oleh rencana relaksasi kebijakan pemangkasan produksi minyak oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Dilansir dari Reuters, Senin (28/5), harga minyak berjangka Brent sepanjang pekan lalu merosot 2,7 persen, penurunan tertajam sejak awal April. 

Pada perdagangan Jumat (25/5) lalu, Brent ditutup di level US$76,44 per barel atau turun US$2,35 atau 3 persen dibandingkan sehari sebelumnya. Harga Brent sempat menyentuh titik tertingginya sejak akhir 2014 di level US$80,5 per barel pada pekan sebelumnya.

Sementara, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) terjungkal 4,9 persen secara mingguan, penurunan terbesar sejak awal Februri 2018. Pada perdagangan Jumat lalu, WTI ditutup merosot US$2,83 atau minus 4 persen secara harian di level US$67,88 per barel.

Selisih antara WTI dan Brent pada akhir pekan lalu mencapai US$8,6 per barel, disparitas harga ini terlebar sejak 17 Mei lalu dan tidak terlalu jauh dari kondisi tiga tahun lalu.

Menteri Energi Rusia dan Arab Saudi bertemu di St.Petersburg untuk mengkaji kesepakatan pemangkasan pasokan global yang telah berjalan sejak Januari 2017. Rencananya, kedua negara bersama anggota lainnya membahas topik tersebut pada pertemuan di Wina, Austria, bulan depan.

Sumber Reuters menyatakan bahwa kedua menteri, bersama dengan perwakilan Uni Emirat Arab membicarakan kemungkinan peningkatan produksi sebesar 1 juta barel per hari (bph).

Menteri Energi Rusia menyatakan menteri energi dari negara-negara anggota OPEC dan non OPEC yang sepakat untuk memangkas produksi kemungkinan akan memutuskan untuk mengerek produksinya kembali secara bertahap pada pertemuan di Wina.

“Setelah menyentuh level S$80 per barel, yang merupakan level psikologis, kami melihat sedikit penurunan kemarin (Kamis 24/5), dan pernyataan retorika dari Arab Saudi dan Rusia hanya memperburuk aksi jual hari ini (Jumat 25/5),” terang Direktur Riset Komoditi ClipperData Matt Smith.

Selanjutnya, persediaan minyak global telah menipis sepanjang tahun lalu akibat pemangkasan produksi OPEC. Hal itu juga didorong oleh turunnya produksi minyak Venezuela.

Kemudian, prospek jatuhnya sanksi baru AS terhadap Iran setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk keluar dari perjanjian nuklir Iran mendorong harga pada beberapa pekan terakhir.

Kenaikan harga terjadi di tengah kenaikan produksi minyak AS. Pada Februari lalu, produksi minyak negeri Paman Sam tembus 10,3 juta bph.

Perusahaan layanan energi Baker Hughes mencatat jumlah rig AS, indikator produksi di masa mendatang, naik 15 menjadi 859 pada pekan yang berakhir 25 Mei 2018 lalu. Jumlah tersebut merupakan yang terbesar sejak Maret 2015.

Para manajer keuangan menaikkan taruhan harga bakal melesat (bullish) pada kontrak berjangka dan opsi di pekan lalu setelah empat minggu berturut-turut memangkas posisi beli bersih.

Kelompok spekulator mengerek posisi kombinasi antara kontrak berjangka dan opsi di New York dan London sebesar 2.009 kontrak menjadi 421.916 sepanjang pekan yang berakhir 22 Mei 2018.

cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY