RI Ekspor Bawang Goreng, Wamendag Tekankan Inovasi Produk

0

Pelita.online – Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menekankan pentingnya inovasi sebagai kekuatan sebuah produk. Komoditas sederhana, seperti bawang merah, memiliki nilai tambah yang berpotensi merambah pasar ekspor.

“Kelihatannya sederhana, tetapi semua produk sebenarnya terletak pada bagaimana diinovasikan sehingga punya nilai tambah, termasuk bawang ini. Semua pada dasarnya punya peluang ekspor, asal ada nilai tambah sehingga konsumen memang akhirnya membutuhkan produk tersebut,” kata Wamendag saat mendampingi Menteri Perdagangan Agus Sudarmanto melepas ekspor 20 ton bawang goreng ke Malaysia, pekan lalu.

Jerry mengatakan, inovasi dilakukan dalam mulai tahap produksi, penanganan pascaproduksi, pengemasan, pemasaran, dan pengiriman. Fokus Kementerian Perdagangan adalah mendorong dan membantu inovasi dalam pengemasan, pemasaran, dan pengiriman.

Lebih lanjut Wamendag mengemukakan bahwa inovasi dalam produk komoditas Indonesia, khususnya komoditas pertanian, akan menguntungkan bukan hanya perluasan akses pasar tetapi juga akan mengangkat kesejahteraan petani dan mereka yang bekerja di sektor tersebut.

“Sekarang bayangkan, dalam panen raya bawang merah di Brebes, kadang kala harganya jatuh sehingga petani rugi. Mereka yang bekerja sebagai buruh juga ikut terdampak. Semua terdampak. Kalau bawang merah itu dikelola dengan inovasi lebih lanjut, tentu akan menekan dampak kerugian itu. Termasuk dalam hal ini dijadikan bawang goreng, dibuat lebih awet dan kemudian dipasarkan di negara lain,” tambah Jerry.

Dia berharap petani, perajin, dan produsen di sektor komoditas yang lain juga mengambil inspirasi dari ekspor bawang merah ini. Ia mencontohkan produk jengkol dan petai yang ternyata juga punya pasar di luar negeri.

“Kalau jengkol dan petai saja punya potensi ekspor, tentu komoditas yang lain seperti buah-buahan maupun kacang-kacangan dan lain-lain bisa juga diekspor. Kita pasti bantu dalam pembukaan akses pasar dan hal-hal yang berkaitan dengan perdagangan lainnya,” jelasnya.

Wamendag menekankan pentingnya pendekatan budaya sebagai bagian dari perluasan perdagangan. Ia mencontohkan bagaimana Jepang dengan bangganya memasarkan teh ocha. Teh ini laku sekali di Indonesia meskipun Indonesia sendiri punya berbagai jenis teh yang lebih enak daripada teh ocha.

“Dulu orang Indonesia merasa kurang sreg kalau harus menyantap sushi mengingat budaya Indonesia yang biasa memasak makanan sampai matang. Tetapi dengan pemasaran berbasis budaya, akhirnya sekarang kita juga jadi penikmat sushi. Nah dari situlah kita bisa memainkan produk-produk kita agar dengan mudah diterima oleh negara lain,” imbuh mantan anggota Komisi I DPR tersebut.

Pendekatan inovasi yang komprehensif menjadi titik tekan Wamendag. Menurutnya, pendekatannya bukan hanya dari segi teknis tetapi juga dari segi sosial dan budaya. Ia ingin produk-produk Indonesia bukan hanya dinilai dari rasa tetapi juga punya sentuhan emosional tersendiri.

“Dengan sentuhan emosional itu, ada cerita dari setiap produk kita. Dan pada akhirnya akan timbul loyalitas untuk memakai produk Indonesia. Bukan hanya produk yang sudah mainstream di dunia internasional, tetapi juga produk-produk yang unik dan khas Indonesia,” ujarnya.

 

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY