Sempat Meroket 20% Lebih, Harga Minyak Drop Lagi

0

Pelita.online – Usai menguat signifikan, harga minyak mentah anjlok lagi pada hari ini. Pasar masih skeptis terhadap pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) yang menyatakan Arab Saudi dan Rusia siap pangkas produksi minyaknya.

Kemarin harga minyak kontrak futures ditutup meroket dengan penguatan lebih dari 20% dalam sehari. Brent melejit 21%, sementara minyak acuan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) melesat lebih tinggi dengan penguatan nyaris 25%.

Melonjaknya harga minyak ini dipicu oleh kabar Trump yang menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pangeran Arab Mohammad bin Salman (MBS). Dalam sebuah pernyataan Trump mengatakan kepada CNBC International bahwa dirinya mendorong Arab Saudi dan Rusia untuk memangkas produksi minyaknya sebanyak 10 – 15 juta barel per hari (bpd).

Namun penguatan harga minyak tak bertahan lama. Pada perdagangan waktu Asia pagi ini pukul 09.16 WIB, harga minyak mengalami koreksi. Brent ambles 2,51% ke US$ 29,19/barel dan WTI anjlok lebih dalam sebesar 4,27% ke US$ 24,24/barel.

Pasar masih menyangsikan pernyataan Trump tersebut. Ada dua faktor utama yang membuat pasar masih skeptis. Pertama, kalau dirunut dari awal sebenarnya AS juga jadi pemicu perang harga yang terjadi antara Arab dengan Rusia.

Salah satu alasan mengapa Rusia menolak proposal Arab sebagai pemimpin de facto OPEC untuk memangkas produksi minyak lebih dalam adalah karena produksi minyak AS yang jor-joran. Rusia menilai tindakan tersebut sia-sia saja, karena pasar masih akan banjir pasokan.

Jadi untuk bisa mewujudkan hal tersebut, harus ada komitmen AS juga untuk memangkas produksi minyaknya. Lagi pula kemarin Trump juga tidak membuat pengumuman bahwa Paman Sam juga akan memangkas produksi minyaknya.

“Baik Riyadh dan Moskow juga akan mencari partisipasi dari produsen AS, dan ini mungkin menjadi hambatan terbesar untuk mencapai kesepakatan sekarang ini,” tulis analis Royal Bank of Canada mengatakan dalam sebuah catatan, melansir Reuters.

Faktor kedua adalah pemangkasan produksi minyak sebesar 10-15 juta bpd dirasa masih belum cukup untuk menstabilkan pasar, lantaran permintaan minyak menjadi anjlok dalam akibat merebaknya virus corona.

Para analis mengatakan bahkan jika Rusia dan Arab Saudi sepakat untuk memotong produksinya sebanyak 15 juta barel per hari, itu tidak akan cukup untuk menyeimbangkan pasar dalam menghadapi resesi ekonomi yang dalam.

“Pemotongan produksi minyak 10-15 juta bpd yang diperantarai oleh Presiden Trump adalah awal yang baik, tetapi pemangkasan yang lebih dalam mungkin diperlukan untuk melewati Q2 yang sulit,” kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di AxiCorp.

Dengan memburuknya pandemi coronavirus, pasar global menghadapi kelebihan pasokan yang sangat besar sekitar 25 juta barel per hari. Bagaimanapun juga walau harga minyak melesat tajam kemarin, harga si emas hitam masih terkoreksi 60% lebih dan di bawah US$ 30/barel.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY