Sri Mulyani Belum Berencana Revisi Target Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Wabah Virus Korona

0

Pelita.online – Menteri Keuangan Sri Mulyani belum merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 sebesar 5,3 persen di tengah penyebaran virus korona. Virus yang muncul di China itu ditengarai menjadi ancaman baru bagi ekonomi global.

“Kita akan lihat dampaknya ke ekonomi kita, karena itu pasti berpengaruh ke PDB China,” kata Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (19/2/2020).

Sri Mulyani mengatakan virus korona dapat memengaruhi ekonomi global mengingat China memiliki perekonomian terbesar kedua di dunia dan berkontribusi terhadap 17 persen PDB global.

Kendati demikian, menurut dia, China telah berupaya sebaik mungkin untuk menahan penyebaran virus tersebut dengan menjaga mobilitas penduduk hingga kejadian ini masih terkendali dan belum mencapai tahapan pandemi.

Dia bahkan memprediksi China akan melakukan kebijakan countercyclical melalui ekspansi fiskal maupun kredit sehingga ekonomi Negara Tirai Bambu itu bisa kembali naik pada triwulan II atau III-2020.

Menurut Sri Mulyani, negara yang terlibat perang dagang dengan AS ini pernah melakukan kebijakan tersebut ketika terjadi krisis finansial pada 2008 dan hasilnya mampu meningkatkan kinerja ekonomi.

“Kita lihat pada triwulan satu ini, dan biasanya setelah itu ada stimulus China, itu luar biasa dampaknya ketika mereka melakukan countercyclical pada 2008,” ujarnya.

Dia yakin kinerja ekonomi global masih dapat terkendali, apalagi pemerintah China sudah menyiapkan stimulus belanja untuk menjaga kondisi domestik.

“Kita jangan underestimate dan juga menjadi terlalu pesimis,” kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

Dalam kesempatan ini, Sri Mulyani juga memaparkan risiko dari perlambatan ekonomi China kepada Indonesia akibat penyebaran virus korona.

Menurut dia, peristiwa yang terjadi di China dapat mengganggu kunjungan turis dari China, apalagi porsi wisatawan China di Indonesia mencapai 13 persen atau terbesar kedua setelah Malaysia.

Dari sisi perdagangan, terjadi gangguan ekspor maupun impor Indonesia, karena 27 persen impor nonmigas dan 16,7 persen ekspor nasional terkait langsung dengan China.

Selain itu, penyebaran virus korona ini juga berpotensi menurunkan harga komoditas terutama CPO dan batu bara yang menjadi komponen ekspor utama Indonesia.

Dengan potensi perlambatan yang terjadi, maka penurunan pertumbuhan ekonomi China sebesar satu persen, ikut berdampak ke Indonesia sebanyak 0,3-0,6 persen.

 

Sumber : iNews.id

LEAVE A REPLY