Suku Bunga Acuan Masih Berpotensi Turun 25-50 Bps

0

Pelita.online – Memasuki tahun 2021, BNI Asset Management menilai kondisi dalam negeri mengalami inflasi lebih tinggi dibandingkan 2020 seiring meningkatnya penyaluran stimulus pemerintah. Sehingga, kebijakan suku bunga Bank Indonesia relatif bertahan di level 3,75%-4% sejalan level inflasi yang mulai meningkat.

“Namun masih ada potensi penurunan suku bunga sebesar 25-50 bps dari level saat ini,” kata Presiden Direktur BNI Asset Management Putut Endro Andanawarih dalam siaran pers, Senin (17/11/2020).

Suku bunga diproyeksikan masih bertahan di level rendah, tetapi stimulus masih dibutuhkan untuk mendorong pemulihan ekonomi makro di 2020-2021. Hal ini mendorong risiko beban utang dari negara berkembang di masa mendatang. Tingkat pengangguran mengalami peningkatan di 2020 dan akan berlanjut di tahun 2021 bila risiko pandemi tidak segera berakhir, sehingga menjadi risiko global supply dalam jangka menengah.

Pertumbuhan ekonomi 2021 diproyeksikan berada pada level 4%- 5,1% dan upside risk di 6% didorong gradual recovery dari re-opening economy, khususnya bila vaksin sudah dapat terdistribusi. Selain itu diestimasi investasi dan ekspor meningkat, serta belanja dan program stimulus pemerintah masih cukup solid. “Yield SUN (Surat Utang Negara) 10 tahun diestimasi bergerak pada kisaran 6,27$ – 6,65% (risk 7,3%) ditopang likuiditas lokal dan kembali masuknya investor asing ke pasar obligasi di Indonesia,” sebut Putut.

Lebih lanjut, kondisi perekonomian domestik dan global pada tahun 2021 diprediksi akan memasuki tahap pemulihan meskipun masih melambat karena ada potensi second wave. Hal itu tercermin dari situasi pandemi yang masih menyebar dan meningkat di beberapa negara. Banyak negara menunjukkan slowed reopening dan beberapa negara lainnya partial lockdown. Khusus Tiongkok yang berhasil menahan virus dan pemulihan, menuju level pre-Covid.

Sementara itu, sentimen positif terpilihnya Joe Biden sebagai Presiden AS ke 46 sambung Putut memicu ekspektasi trade policy yang lebih baik karena hubungan perdagangan internasional lebih dapat diprediksi. Hal ini memberikan manfaat pada Tiongkok dan negara dengan ketergantungan ekspor tinggi seperti Korea dan Singapura.

Di samping itu Pemerintahan Biden masih mendukung kenaikan stimulus fiskal dan suku bunga rendah untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 sehingga berdampak positif pada negara berkembang karena akan mendorong investor memburu yield yang lebih tinggi ke sana.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY