Telusuri Ratusan Anak Tangga Menuju Kampung Naga

0

Pelita.online – Kalau liburan ke Tasikmalaya, sempatkan berkunjung ke Kampung Naga. Untuk ke tempat yang masih sangat asri ini, traveler harus melewati ratusan anak tangga.

Liburan biasanya identik dengan perjalanan. Sayang rasanya bila melewatkan liburan tanpa mengunjungi objek-objek wisata alami yang sarat tradisi leluhur. Di sini keasrian alam dan kearifan lokalnya masih terjaga.

Kali ini kami sengaja mengunjungi Kampung Naga, yang berada di perlintasan jalan raya Garut menuju Tasikmalaya. Tepatnya berada di Desa Neglasari, kecamatan Salawu, kabupaten Tasikmalaya.

Jarak dari Kota Garut menuju Kampung Naga sekitar 26 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Adapun jarak tempuh dari Tasikmalaya sekitar 30 km.

Sesampainya di area parkir kendaraan, bersiap-siaplah kita menuruni ratusan anak tangga menuju lokasi Kampung Naga. Uniknya, setiap orang yang menghitung anak tangga jumlahnya tidak pernah sama. Saya menghitung sekitar 420 anak tangga, sedangkan anggota rombongan yang lain jumlahnya berbeda-beda.

Setelah menuruni ratusan anak tangga, perjalanan dilanjutkan melalui jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai ke lokasi Kampung Naga.

Penduduk kampung Naga berdiam di rumah-rumah yang berbentuk panggung. Semua bahan untuk membuat rumah haruslah bersifat alami, seperti bambu, kayu, dan daun ijuk sebagai atapnya. Letak rumahnya harus menghadap ke utara atau selatan dengan memanjang ke barat-timur.

Walaupun mereka menyatakan memeluk agama Islam, namun penduduk Kampung Naga senantiasa taat menjalankan adat istiadat warisan nenek moyang atau karuhun mereka. Mereka beranggapan segala sesuatu yang datangnya bukan dari karuhun adalah tabu dan melanggar adat. Penduduk Kampung Naga dianggap sebagai salah satu leluhur suku asli Sunda.

Menurut versi sejarah lisan, yang diceritakan melewati beberapa generasi, Kampung Naga berawal sejak masa para wali/ Walisongo. Salah satu dari Walisongo yaitu Sunan Gunung Jati, menugaskan seorang abdinya yang bernama Singaparana untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat.

Singaparana akhirnya sampai ke daerah Neglasari yang terletak di tepi sungai di kaki sebuah bukit. Di tempat tersebut sang abdi bersemedi dan dalam persemediannya Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga.

Menurut pemandu kami yang asli penduduk Kampung Naga, tempat ini disebut sebagai Kampung Naga, karena lokasi kampung mereka terletak di pinggir sungai. Sedangkan dalam bahasa Sunda disebut Nagawir atau disisi gawir.

Perkampungan ini pernah dibumihanguskan Gerombolan DI/TII Kartosoewiryo pada sekitar tahun 1956. Bersyukur berkesempatan mengunjungi Kampung Naga yang asri dan alami, menjadikan liburan kami sangat berkesan.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY