Terjerumus ‘Jebakan’ Labirin Raksasa Indonesia di Venesia

0
Indonesia kembali punya paviliun di Venice Biennale 2019

Pelita.online – Paviliun Indonesia kembali hadir di Venice Biennale. Tahun ini akan ada kolaborasi seniman perupa yang menghasilkan lima komponen untuk dipamerkan di area seluas 500 meter persegi di Arsenale, bekas gudang persenjataan yang berdiri sejak abad ke-15 di Venesia, Italia.

Kelimanya disatukan benang merah tajuk ‘Lost Verses: Akal Tak Sekali Datang, Runding Tak Sekali Tiba,’ dipamerkan mulai 11 Mei hingga 24 November mendatang.

‘Lost Verses: Akal Tak Sekali Datang, Runding Tak Sekali Tiba’ sejalan dengan tema besar paviliun pusat Venice Biennale 2019 yaitu ‘May You Live in Interesting Times.’

Judul ‘Akal Tak Sekali Datang, Runding Tak Sekali Tiba’ didapat dari peribahasa Minang yang berarti segala yang muncul dalam akal hanya bisa hadir melalui negosiasi tiada henti. 

“Tim artistik membayangkan sebagai ‘Lost Verses’ atau ayat-ayat yang hilang dari narasi kebudayaan dan seni rupa Indonesia sebagai risiko dalam perundingan kebudayaan global, kerangka acuan, dan identitas dalam seni rupa kontemporer,” kata kurator pendamping Yacobis Ari Respati di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (24/4).

Tema besar itu kemudian diolah dalam instalasi yang terdiri atas lima komponen untuk mempresentasikan sekaligus mempertanyakan tahapan dan kondisi seni Indonesia yang rumit.

“Keseluruhan instalasi dalam paviliun ini mempresentasikan sebuah konstruksi labirin raksasa. Ia menjadi permainan bagi tiap individu yang terjerumus dalam jebakan waktu di tengah dunia yang terus berkembang dan beraneka ragam,” kata kurator sekaligus ketua dari tim artistik Paviliun Indonesia Asmujo Djono Irianto dalam kesempatan yang sama.

Lima komponen karya yang akan ditampilkan terdiri dari meja runding, susunan kabinet yang terdiri dari 180 loker, buaian atau bianglala, mesin narasi hingga ruang merokok.

“Meja runding ini adalah simbol yang menampilkan simbol keseluruhan paviliun, semacam peta,” kata Asmujo.

Susunan kabinet menceritakan kepingan kisah soal menjadi orang Indonesia dengan beragam cara. Di bagian lain dalam instalasi terdapat Buaian atau bianglala yang merupakan versi tradisional dari atraksi bianglala yang ada di berbagai daerah.

Sementara komponen Ruang Rokok meniru ruang rokok pada umumnya, di mana para perokok terkumpul dalam ruang kaca kecil yang terpisah namun sekaligus dapat diamati khalayak.

Diakhir instalasi, pengunjung aman dipertemukan dengan mesin narasi, sebuah mesin cetak mini yang akan menerima kombinasi angka jalur jelajah kabinet yang diambil.

Instalasi berisi lima komponen itu dikerjakan mulai akhir September 2018 dan selesai pada awal April 2019. Semua karya itu langsung dikirim ke Venice Biennale 2019 dalam komponen-komponen terpisah. Pembuatannya pun terpisah, ada di Yogyakarta dan di Bandung.

Kata Asmujo, instalasi itu dikirim menggunakan kapal laut.

 

Sumber: cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY