Triwulan III, Pendapatan Lippo Karawaci Stabil di Rp 8,58 Triliun

0

Pelita.online – PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), perusahaan real estate terbesar di Indonesia berdasarkan total aset dan pendapatan, hari ini mengumumkan hasil untuk 9 bulan pertama tahun 2020. Pendapatan dari sektor real estate yang bertumbuh mengimbangi pendapatan rumah sakit, mal, dan hotel yang melemah karena terdampak pandemi. Secara konsolidasi, pendapatan LPKR stabil di Rp 8,58 triliun.

“Kuartal ketiga sangat sukses untuk lini bisnis properti dengan marketing sales sebesar Rp1,2 triliun, atau kenaikan sebesar 304% YoY. Kami berharap di tahun-tahun mendatang ketika kami melakukan evaluasi terhadap perubahan yang terjadi di Lippo Karawaci, kami dapat menunjukkan kuartal ini sebagai titik balik di mana lini bisnis properti di bawah tim manajemen baru telah sukses. Kami mengumumkan launching rumah tapak di Lippo Village untuk pertama kalinya setelah 4 tahun melalui launching Cendana Homes, yang mana terjual habis dalam hitungan jam. Meski pendapatan recurring kami terganggu oleh pandemi Covid-19, kami telah melihat bahwa bisnis perlahan lahan telah pulih dan mendekati normal,” kata CEO Lippo Karawaci John Riady, dalam keterangan resminya hari ini, Senin (2/11/2020).

Meskipun menghadapi pandemi Covid-19, pendapatan Real Estate Development meningkat sebesar 38,7% menjadi Rp2,37 triliun dari Rp1,71 triliun karena bisnis inti properti Perseroan mulai menunjukkan perbaikan. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan yang kuat dari Cikarang, pengakuan pendapatan di LPKR untuk serah terima di tower Hillcrest dan Fairview di Lippo Village, serta penjualan persediaan. Bisnis properti terus menunjukkan kemampuan untuk bertahan yang ditunjukkan dengan marketing sales 9 bulan pertama (9M20) yang meningkat 100% YoY menjadi Rp2,28 triliun dari Rp1,14 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Namun demikian untuk Real Estate Management & Services, pendapatan menunjukkan penurunan sebanyak 9,1% pada 9M20 menjadi Rp 6,15 triliun dari Rp 6,76 triliun, karena rumah sakit, mal dan hotel terus dihadapkan dengan kondisi yang menantang akibat dari pandemi. Kasus baru Covid-19 yang terus meningkat di Indonesia pada 3Q20 menyebabkan penutupan hotel yang berkepanjangan, pengunjung mal yang lebih sedikit dari yang sebelumnya diperkirakan, dan lebih banyaknya dilakukan penanganan Covid di lini bisnis rumah sakit daripada pasien bisnis inti. Secara konsolidasi, pendapatan LPKR secara YoY tidak mengalami perubahan, Rp8,58 triliun dibandingkan dengan Rp8,56 triliun pada 9M19.

LPCK terus melaporkan pendapatan yang solid
Lippo Cikarang melaporkan pertumbuhan pendapatan yang kuat akibat dari suksesnya pemasaran produk hunian rumah tapak yang terjangkau, dan apartemen Orange County yang terus melanjutkan proses serah terima unit. Pendapatan LPCK naik sebesar 50% menjadi Rp 1,56 triliun pada 9M20 dari Rp1,04 triliun pada 9M19. Pada 9M20, Orange Country mencatatkan pendapatan sebesar Rp 837 miliar, naik sebanyak 91% YoY dari Rp438 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya karena serah terima yang terus meningkat di kuartal tersebut. Selain itu, pengakuan pendapatan rumah hunian sebesar Rp286,1 miliar naik dari Rp218,9 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya dan penjualan tanah di Kawasan industri menjadi sebesar Rp121,4 miliar pada 9M20 dari Rp66,3 miliar pada 9M19. Pada 3Q20, pendapatan naik sebesar 34,8% menjadi Rp504 miliar seiring dengan kenaikan pendapatan apartemen dan proyek hunian rumah tapak yang naik sebanyak 66,1% dan 125,6% dibandingkan dengan 3Q19.

Pendapatan recurring Siloam terdampak Covid-19
Pendapatan Siloam pada 9M20 berkurang sebanyak 4,1% YoY menjadi Rp5 triliun dari Rp5,21 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Meski pengalami penurunan, Siloam masih berkontribusi sebanyak 80,5% terhadap total pendapatan recurring perusahaan di 9M20 dibandingkan kontribusi sebanyak 75,2% di 9M19. Pada 9M20, Siloam mengoperasikan 39 rumah sakit di seluruh Indonesia. Secara keseluruhan, pendapatakn LPKR dari Real Estate Management & Services berkurang 10.2% YoY menjadi Rp6,15 triliun, merepresentasikan 71,6% dari total pendapatan pada 9M20. Kontribusi pada 9M19 adalah sebanyak 80,0%.

Siloam telah meningkatkan kapasitas testing Covid-19 secara significan untuk mendukung upaya Indonesia dalam menanggulangi virus. Selama 9M20, Siloam telah melakukan 70.000 tes PCR dan lebih dari 700.000 tes rapid dan serologi. Selain meningkatkan kapasitas tes, Siloam juga mendedikasikan empat rumah sakit khusus untuk penanganan Covid-19. EBITDA pada 3Q20 meningkat 43% menjadi Rp108 miliar dibanding 3Q19, meskipun sebagian besar peningkatan EBITDA Siloam berdasar perubahan kebijakan Akuntansi melalui penerapan PSAK 73 (uang sewa tidak lagi diakui sebagai beban). Meski pengujian dan penanganan COVID-19 mendukung EBITDA dan laba bersih Siloam pada kuartal ketiga, perlu diketahui bahwa karena peraturan yang terus berubah dan dengan tren Covid yang tidak pasti, pendapatan dari sumber ini untuk periode ke depan akan tidak stabil dan tidak pasti.

Laba Bruto Konsolidasian meningkat 1,1% YoY menjadi Rp 3,32 triliun pada 9M20
LPKR membukukan laba bruto konsolidasian 9M20 sebesar Rp3,32 triliun dari Rp3,29 triliun pada 9M19. Laba bruto pada segmen Real Estate Development naik sebesar 71,2% YoY menjadi Rp934 miliar di 9M20 dari Rp545 miliar pada 9M19. Sedangkan laba bruto lini bisnis Real Estate Management & Services (rumah sakit, mall dan yang lainnya) turun sebanyak 12,3% YoY menjadi Rp2,32 triliun pada 9M20 dari Rp2,65 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

EBITDA konsolidasian meningkat 75,6% YoY menjadi Rp1,58 triliun pada 9M20
LPKR melaporkan EBITDA 9M20 naik 76,2% YoY menjadi Rp1,58 triliun dari Rp902 miliar pada 9M19. Meski demikian, EBITDA tahun 2020 terpengaruh secara positif oleh implementasi standar PSAK 73 terkait biaya sewa. Dampaknya adalah penurunan biaya sewa dan kenaikan beban bunga, yang menyebabkan EBITDA yang dilaporkan lebih tinggi. Dampaknya Rp505 miliar, itu berarti EBITDA yang dinormalisasi adalah Rp1,1 triliun, atau meningkat 19,6% YoY. Real Estate Development memimpin peningkatan EBITDA, meningkat menjadi Rp314 miliar di 9M20 dari rugi Rp505 miliar di 9M19.

Pada sembilan bulan pertama tahun 2020, Siloam membukukan EBITDA sebesar Rp744 miliar dari Rp624 miliar pada 9M19, naik sebesar 19,1%. Setelah mengalami penurunan EBITDA pada 2Q20 sebanyak 54,8% YoY. Pada 3Q20 Siloam membukukan pertumbuhan EBITDA menjadi Rp359 miliar dibanding Rp251 miliar pada 3Q19, meningkat 43,0%. Pada 3Q20, Siloam membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp86 miliar.

Peristiwa terkini
Pada Oktober 2020, First REIT (FREIT) mengumumkan dua bulan tambahan keringanan biaya sewa sebesar S$16.5 juta untuk LPKR untuk bulan September dan Oktober 2020, yang merupakan tambahan dari bantuan uang sewa sebesar S$16.4 juta pada 1H20. Total keringanan uang sewa yang diberikan kepada perseroan berujung perseroan membayar setidaknya 36% biaya subsidi sewa yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2020.

Progres penjualan mall di Puri terus melihat titik terang sehingga diantisipasi dapat diselesaikan pada Januari 2021. Meski demikian, transaksi bergantung pada persetujuan dari pemegang saham Lippo Malls Indonesia Retail Trust (LMIRT) terkait akuisisi mall dan penyelengaraan Rights Issue di LMIRT. Kedua keputusan ini akan didapat sebelum akhir tahun 2020.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY