Ancaman Terbesar Ketahanan Pangan adalah Regenerasi Petani

0
Buruh tani memanen cabai rawit di areal persawahan Desa Kendalsari, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (25/1/2021). Menurut petani, cabai rawit merah tersebut selanjutnya dijual ke tengkulak dengan harga bervariasi mulai Rp50 ribu-Rp53 ribu per kilogram, sementara harga jual di pasar bisa mencapai Rp70 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/Syaiful Arif/wsj.

Pelita.online – Anggota Komisi IV DPR RI Slamet menyatakan bahwa ancaman pangan terbesar yang dihadapi di Tanah Air adalah persoalan terkait regenerasi petani atau kurangnya orang muda yang masuk dan bekerja di sektor pertanian Nusantara.

“Mereka (anak muda) akan merasa profesi petani tidak menjanjikan. Padahal di sisi lain, ancaman pangan terbesar kita adalah soal regenerasi petani,” kata Slamet dalam rilis di Jakarta, Sabtu (1/5/2021).

Untuk itu, ujar dia, isu kesejahteraan petani harus menjadi fokus pemerintah. Jika kesejahteraan ini tidak hadir pada profesi petani, maka akan memperlebar peluang anak-anak muda Indonesia yang enggan menjadi petani.

Ia juga mengingatkan agar kenaikan harga sejumlah komoditas di momen Ramadan dan menjelang Idulfitri nanti harus dirasakan kebermanfaatannya oleh para petani, bukan hanya tengkulak atau pedagang.

“Petani itu menjadi ujung tombak dalam menjaga ketersediaan pangan selama Ramadan dan Idulfitri. Maka jika ada kenaikan harga, sudah seharusnya mereka menerima manfaatnya,” kata Slamet.

Sebelumnya, Staf Khusus Wakil Presiden Lukmanul Hakim menyatakan krisis regenerasi petani muda menjadi tantangan bagi keberlanjutan sektor pertanian Indonesia, untuk itu perlu inovasi dan kreativitas agar pertanian menarik bagi generasi muda.

“Bertani tidak harus berlumpur, dengan teknologi para milenial dapat bertani tanpa harus berkotor-kotor,” kata Lukmanul Hakim melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (29/4/2021).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan jumlah petani menurun dan petani muda hanya 6% atau 2,7 juta dari total petani di Tanah Air yang berjumlah 33,4 juta.

Sementara itu, Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia M Anwar Bashori menjelaskan BI membuat sejumlah piloting pengembangan pertanian cerdas berbasis teknologi IoT (internet of things) guna meningkatkan produksi dan menjaring generasi muda terjun ke sektor pertanian.

Salah satunya yakni pengembangan Greenhouse Aquaponik untuk budi daya pertanian dan perikanan sebagai upaya untuk menarik pemuda bertani.

Sumber: ANTARA

LEAVE A REPLY