Pelita.online – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengingatkan kepada para penyelenggara pemilu untuk bersikap profesional dan independen dalam melakukan rekapitulasi suara Pilkada serentak 2020.
Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Rahmat Bagja, mengakui, pihaknya akan terus mencermati dan mengawasi proses rekapitulasi suara Pilkada serentak 2020. Termasuk pengawasan rekapitulasi suara di Pilkada Sumbawa yang cukup rawan.
“Kita akan mengawasi penuh itu. Jangan mudah diintervensi sama orang lain,” kata Rahmat, di Jakarta, Minggu (13/12/2020).
Perhitungan suara di Sumbawa, ditegaskan sudah mendapatkan perhatian dari Bawaslu sejak awal. Bahkan, sempat ada beberapa wilayah di Kabupaten Sumbawa yang mendapatkan atensi khusus dari Bawaslu setempat.
Atensi diberikan mengingat adik Gubernur NTB Zulkiflimansyah, ikut berlaga di Pilkada serentak 2020. Jangan sampai terjadi intervensi ketika proses rekapitulasi suara berlangsung.
Berdasarkan data Sirekap KPU sementara, dua paslon di Pilkada Sumbawa memang bersaing ketat. Paslon nomor urut 5, Syarafuddin Jarot dan Mokhlis (Jarot-Mokhlis) sementara unggul dengan 25 persen. Sementata paslon Mahmud Abdullah dan Dewi Noviany (Mo-Novi) menguntit dengan 24,5 persen.
Ketua Bawaslu, Abhan mempersilakan paslon yang merasa tidak puas dengan hasil resmi rekapitulasi KPU untuk menempuh jalur hukum. Setiap paslon memiliki hak untuk menyatakan keberatan terhadap hasil akhir penghitungan surat suara.
“Paslon silakan gunakan jalur-jalur hukum. Jangan kerahkan massa untuk menyatakan kekecewaan karena kalah bersaing dengan paslon lain,” kata Abhan.
Permintaan serupa juga disampaikannya untuk paslon yang merasa menang. Abhan meminta paslon tidak melakukan perayaan berlebihan, salah satunya dengan mengumpulkan massa pendukung.
Abhan menegaskan, pengerahan massa pendukung sangat beresiko. Hal ini berpotensi menimbulkan kerumunan hingga para pendukung dikhawatirkan akan terpapar covid-19. Selain itu, juga sangat rawan terjadi gesekan antarpendukung.
Sumber:BeritaSatu.com
