Chatib Basri: Ekonomi Belum Akan Pulih Sepenuhnya di 2021

0

Pelita.online – Proses vaksinasi Covid-19 pada awal 2021 diharapkan akan menjadi game changer bagi perekonomian Indonesia.

Namun, Ekonom Universitas Indonesia (UI), Chatib Basri berpandangan, keberadaan vaksin Covid-19 tidak serta merta membuat ekonomi Indonesia langsung pulih, lantaran proses vaksinasi yang membutuhkan waktu lama. Sehingga, stimulus fiskal harus dijadikan sebagai jump start.

“Katanya 102 juta orang akan divaksin pada 2021. Kalau setahun ada 365 hari, berarti 280.000 orang harus disuntik setiap hari? Mungkin gak? Mungkin. Karena ada 10.000 puskesmas di Indonesia,” kata Chatib Basri dalam webinar Dunia Pasca Covid, Ada Apa dengan 2021? yang digelar Bank Mandiri, Rabu (2/12/2020).

Namun, menurut Chatib Basri, hal ini bukan menjadi isu utama dalam proses vaksinasi Covid-19. Adapun yang menjadi isu penting, adalah proses distribusi yang tidak mudah. Salah satunya, berkaitan dengan temperatur vaksin.

“Untuk vaksinnya, itu membutuhkan temperatur tertentu. Ini bagaimana mendistribusikan ke 10.000 puskesmas di Indonesia. Karena ini costly, kemudian juga kalau temperaturnya salah, vaksinnya bisa rusak,” kata Chatib.

Karena proses vaksinasi yang tidak bisa langsung tuntas, penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 harus tetap dilakukan. Sehingga private investment-nya belum akan beroperasi penuh.

“Kita tentunya berhata private investment akan kick-in di 2021. Tetapi apakah dunia usaha akan menambah investasinya selama protokol kesehatan inplace? Jadi kalau kita naik pesawat harus ada distancing, tidak mungkin pesawat operasi 100 persen,” jelasnya.

“Begitu juga dengan restoran. Akibatnya, kalau skala ekonominya tidak dapat, tapi cost-nya yang harus dibayar sama, dia bisa berisiko menjadi zombie company, tidak akan untung. Sehingga pelaku usaha tidak akan meningkatkan investasi,” tambahnya.

Menurut Chatib Basri, keputusan untuk meningkatkan investasi sangat bergantung dari skala ekonominya. Sementara skala ekonomi saat ini bergantung pada penerapan protokol kesehatan, dan protokol kesehatan hanya bisa selesai bila pandemi Covid-19 sudah selesai.

Dalam kondisi seperti ini ini, menurut Chatib Basri, yang harus didorong adalah konsumsi rumah tangga. Sebab dengan adanya permintaan, maka investasi nantinya juga akan ikut naik.

“Adapun yang harus dilakukan adalah fiscal stimulus as a jump start. Berikan cash transfer kepada lower middle income. Kalau itu sudah dilakukan, supaya bank berani (memberikan pinjaman), kasih yang disebut sebagai credit guarantee, interest rate subsidy, kemudian setelah aktivitas ekonominya normal, baru tax incentive. Kalau sekarang sudah diberikan tax incentive, tidak akan ada yang ngambil. Perusahaan itu kalau rugi tidak bayar pajak, jadi ini harus ditaruh di belakang,” kata Chatib.

Dengan strategi seperti ini, Chatib meyakini ekonomi Indonesia akan memiliki bentuk recovery seperti logo Nike. Namun apabila terjadi second wave, ada risiko bentuk recovery-nya seperti huruf W.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY