Pelita.Online – Harga minyak naik (rebound) pada perdagangan Selasa (25/10/2022), didorong pelemahan dolar dan kekhawatiran pasokan minyak yang disorot Menteri Energi Arab Saudi.
Harga minyak mentah berjangka Brent ditutup naik 0,28% pada US$ 93,52 per barel, sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 0,87% pada US$ 85,32.
Indeks dolar AS turun, membuat harga minyak dalam mata uang dolar lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Dukungan lebih lanjut datang dari komentar Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, bahwa stok energi digunakan sebagai mekanisme untuk memanipulasi pasar.
“Tugas saya untuk menjelaskan bahwa kehilangan stok darurat di bulan-bulan mendatang mungkin akan menyakitkan,” katanya pada konferensi Future Initiative Investment (FII) di Riyadh.
Sementara Kepala Badan Energi Internasional (IEA), Fatih Birol, Selasa mengatakan pengetatan pasar gas alam cair (LNG) di seluruh dunia dan pengurangan pasokan oleh produsen minyak memicu dunia di tengah krisis energi global pertama yang sesungguhnya.
“Komentar dari Riyadh dan dari IEA adalah pengingat bahwa ketika menyangkut krisis energi, ini masih jauh dari selesai,” kata analis Price Futures Group, Phil Flynn. “Masih ada kekhawatiran pasar kekurangan pasokan.”
Data pemerintah Senin (24/10/2022), menunjukkan impor minyak mentah Tiongkok pada September 2% lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Sementara aktivitas bisnis berkontraksi di zona euro, Inggris dan Amerika Serikat pada bulan Oktober.
CEO Goldman Sachs David Solomon pada Selasa mengatakan bahwa AS kemungkinan besar akan mengalami resesi. Hal yang sama terjadi di Eropa.
Persediaan minyak mentah AS diperkirakan akan meningkat minggu ini, yang dapat membatasi kenaikan harga. Analis yang disurvei Reuters memperkirakan persediaan minyak mentah naik 200.000 barel dalam minggu yang berakhir 21 Oktober.
sumber : beritasatu.com