Karnaval Budaya Ramaikan HUT Ke-96 Kota Kefamenanu

0
Peserta karnaval dari Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (22/9/2018) sore.

Pelita.Online – Dengan mengenakan pakaian adat dari berbagai etnis, ribuan warga Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, turun ke jalan protokol di Kota Kefamenanu, Sabtu (22/9/2018) sore. Mereka larut dengan karnaval budaya, dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-96 Kota Kefamenanu. Sebelum turun ke jalan, para peserta karnaval tersebut dilepas oleh Bupati TTU Raymundus Sau Fernandez di depan rumah jabatan Bupati TTU.

Bupati Raymundus juga mengenakan busana adat bersama Wakil Bupati Aloysius Kobes. Tak ketinggalan Kapolres TTU AKBP Rishian Krisna Budhiaswanto dan Dandim 1618 TTU, Letkol Arm Budi Wahyono, kompak mengenakan busana adat dengan corak berbeda.

Dikawal mobil Patwal Polres TTU, para peserta karnaval mulai berjalan beriringan melewati Jalan RA Kartini, simpang Pasar Lama, Jalan Ahmad Yani, Simpang Tugu HKSN, Jalan El Tari, Jalan Sonbay, Jalan L Lake, Perempatan Tulip, Jalan Soedirman dan berakhir di lapangan depan Kantor Bupati TTU. Para peserta yang berpartisipasi dalam karnaval itu yakni TNI, Polri, Brimob, drumband SD hingga SMA, Pramuka, Perguruan Silat, Karate, Taekwondo, Kempo, etnis Batak, Bugis, Lombok, Bima, Bali, Jawa, Timor Leste, Tarian Reok Ponorogo dan perwakilan 22 kabupaten dan kota di NTT, serta perwakilan dari 24 kecamatan di Kabupaten TTU.

Saat berada di beberapa titik tertentu seperti Simpang Pasar Lama dan Perempatan Tulip, masing-masing etnis mulai menunjukkan kebolehan mereka.

Aksi mereka pun berakhir di tengah lapangan umum Kantor Bupati TTU, yang sejak awal sudah dipadati oleh puluhan ribu warga lainnya. Bupati TTU Raymundus Sau Fernandez mengatakan, karnaval dengan menggunakan busana adat ini sebagai bentuk penghormatan kepada budaya daerah yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. “Kita memiliki adat dan tradisi budaya yang begitu kaya di Indonesia dan setiap kabupaten dan kota tidak hanya didiami oleh penduduk asli di Kabupaten TTU, tapi dari berbagai etnis dan untuk mendukung itu dan kami mau menunjukan ke Indonesia bahwa Pancasila itu harga mati bagi kami di TTU,” kata Raymundus bangga.

Karena itu, lanjut Raymundus, semua etnis dilibatkan sejak perayaan HUT Kota Kefamenanu. Para peserta karnaval sebut Raymundus, diwajibkan mengenakan atribut adatnya masing-masing, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan semua suku yang ada di NTT harus wajib menggunakan busana daerah dengan lengkap. “Ini kita mau menunjukkan bahwa kita menghormati budaya kita karena merupakan kekayaan kita yang harus kita jaga dan lestarikan,” kata Raymundus.

Raymundus pun mengaku, masih terdapat sejumlah kekurangan dalam kegiatan karnaval itu, sehingga akan dilakukan evaluasi untuk pembenahan. Menurut Raymundus, terdapat beberapa peserta yang tidak menggunakan atribut busana adat secara lengkap. Ada pula yang menganggap kegiatan ini hanya hura-hura saja. “Pada tahun 2019 karena ini agenda tetap, kita akan meminta para peserta untuk menggunakan busana adat yang asli dari masing-masing peserta. Contohnya tata busana adat Suku Timor, dia harus menggunakan kain sarung tanpa baju dengan hiasan berupa perak dan emas,” ucap Bupati TTU dua periode itu.

Itu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang akan berkunjung ke sini. Kekurangan lainnya, tambah Raymundus, yakni promosi yang belum berjalan maksimal. Ia berharap pada tahun mendatang promosi akan dilakukan secara baik dan gencar.

kompas.com

LEAVE A REPLY