Kutipan dari Pidato di Pasar Klewer – Bagian 1

0

Pidato Presiden Soeharto di Pasar Klewer memang fenomenal. Pidato itu menjadi rujukan perumusan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Rencana Pembangunan Lima Tahun. Berikut beberapa kutipan pernyataan Pak Harto dalam pidato tanpa teks itu.

Tentang masyarakat adil dan makmur

  • “Masyarakat adil dan Makmur—sebagaimana berulang-ulang saya katakan—hanya bisa terwujud bilamana kita melakukan serangkaian pembangunan dalam segala bidang. Dan menurut keyakinan saya, masyarakat adil dan makmur ini benar-benar akan terwujud bilamana kita bisa mengembangkan dan bisa membangun industri dan agraria yang seimbang. Industri dan pertanian yang seimbang…Kita melaksanakan pembangunan dalam bidang pertanian dan industri yang mendukungnya; artinya industri yang mendukung pertanian.”

Tentang industrialisasi

  • “…Dalam pembangunan industri, banyak prasarana yang belum kita miliki. Dalam membangun industri mutlak kita harus memiliki modal, dan modal ini tidak hanya modal rupiah, akan tetapi juga modal devisa yang kita perlukan untuk memasukkan barang-barang modal, mesin-mesin dan sebagainya.”
  • Kita harus memiliki skill, keahlian. Tanpa skill dan keahlian, kita tidak bisa mengembangkan industri…kita harus menguasai teknologi. Oleh karena tidak mungkin—selama sarana tersebut belum kita miliki—kita segera akan membangun industri.

Tentang tahapan pembangunan

  • “Pertama, kita harus mendirikan industri yang mampu membuat alat-alat pertanian dan sarana pertanian; apakah pupuk atau obat-obatan. Kedua, kita harus mampu mendirikan industri yang mengolah hasil pertanian. Dan ketiga, kita harus membuat industri yang sanggup menghasilkan sarana untuk menyebarluaskan produksi tersebut, baik melewati darat maupun juga melewati laut; berarti industri angkutan di darat dan juga industri angkutan di laut…kita harus mendirikan industri-industri untuk menyimpan maupun pengepakan dari hasil.”
  • “Tahapan berikutnya kita harus segera membangun industri yang mengolah bahan mentah dari Indonesia ini. Sekarang ini kita baru mengekspor bahan mentah kita. Di Bintan, kita menggaruk tanah, kemudian memisahkan lumpur sama bauksitnya; dan bauksit inilah yang kita ekspor. Begitu pula di Pulau Bangka, Belitung, dan Singkep: kita menggali pasir, kemudian lumpurnya kita pisahkan. Kita ekspor pasir dari biji-biji timahnya itu. Di Cilacap: kita menggali pasir di pantai, memisahkan lumpur dan pasir. Pasir besi kita ekspor. Begitu pula mengenai kayu. Kita menebang kayunya, kita ekspor gelondongannya.”
  • “Akibatnya apa? Pendapatan kita sangat kecil dari mengekspor bahan mentah tersebut. Maka, mutlak kita harus meningkatkan pula mengolah bahan mentah tersebut menjadi bahan baku industri. Kita harus mengolah bauksit yang sekarang kita ekspor menjadi alumunium. Kita harus mengolah pasir besi itu menjadi besi baja. Kita harus mengolah bijih timah menjadi logam timah. Kita harus mengolah gelondongan kayu menjadi pulp, sehingga menjadi bahan baku pabrik kertas, rayon dan sebagainya. Ini semua harus kita lakukan dalam tahap berikutnya.”
  • “Kemudian, setelah kita bisa mengolah bahan mentah ini menjadi bahan baku industri, tingkatan berikutnya adalah kita harus mendirikan industri yang bahan bakunya telah kita sediakan.”
  • “Barulah tahap berikutnya kita akan mengembangkan industri yang sanggup membuat mesin-mesin guna menjamin kelangsungan industri yang ada dan membuat industri yang baru. Jadi jelas, memerlukan tahapan-tahapan yang tidak pendek, tahapan yang lama sekali.”

LEAVE A REPLY