Menantu Amien Rais Jadi Ketum Partai Ummat, Politikus PAN Sindir Oligarki

0

Pelita.online – Politikus Partai Amanat Nasional (PAN), Guspardi Gaus, menyindir hawa oligarki di tubuh Partai Ummat yang dideklarasikan Amien Rais. Sebab, menantu Amien, Ridho Rahmadi, didapuk menjadi Ketua Umum Partai Ummat. Sementara Amien Rais sendiri menjadi Ketua Majelis Syuro.

Menurut Guspardi, dirinya tidak secara gamblang menuding Partai Ummat sudah mempraktikkan gaya oligarki sejak dideklarasikan. Dirinya hanya mengatakan bahwa masyarakat bisa menilai sendiri.

“Karena ini menantu Pak Amien, masyarakat akan menilai apakah praktik oligarki atau partai dibentuk dalam sistem kerajaan telah berlaku pada Partai Ummat. Tentu masyarakat sudah cerdas, kita persilakan masyarakat menilai,” kata Guspardi, Jumat (30/4/2021).

Berdasarkan informasi yang diperoleh, Ridho lebih dikenal sebagai ahli di bidang science data, machine learning, dan secara khusus dalam konteks pemodelan kausal. Ia juga tercatat sebagai staf pengajar di Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia (UII) sejak 2009.

“Sebelum jadi Ketum Ummat, sudah banyak berita yang mengatakan bahwa Mas Ridho adalah menantu Pak Amien, seorang doktor Phd bidang IT dan dosen di UII. Semua orang itu sudah mengetahui dan memahami, tentu bagaimana respons masyarakat terhadap partai yang didirikan oleh Pak Amien, tentu silakan masyarakat yang menilai,” jelasnya.

Lebih lanjut, Guspardi menegaskan bahwa partainya tidak terganggu atau merasa tersaingi dengan kehadiran Partai Ummat. PAN mengakui setiap warga negara berhak mendirikan sebuah partai. Yang ditunggu adalah bagaimana kemampuan Partai Ummat menjadi suatu organisasi politik yang mampu mewadahi aspirasi masyarakat lewat pemilu.

Guspardi mengingatkan bahwa syarat untuk menjadi peserta pemilu tidak mudah. Apalagi untuk sampai mendapat kursi di DPR di Senayan.

“Ini bagian aktualisasi daripada demokrasi. Cuma untuk menjadi peserta pemilu tentu harus dipenuhi pula persyaratan-persyaratan untuk menjadi partai politik peserta pemilu,” kata Guspardi.

“Setelah itu ada lagi langkah lain, untuk bisa berada di senayan harus bisa memenuhi parliamentary threshold, dan biasanya partai baru sulit dan susah untuk bisa capai hal demikian,” tambahnya.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY