Mengungsi ke Wamena, Ribuan Warga Nduga Butuh Makanan

0

Pelita.Online, Jakarta — Lebih dari 2000 warga NdugaPapuamengungsi ke Wamena akibat merasa trauma dengan rentetan peristiwa kontak senjata. Mereka saat ini membutuhkan bantuan kebutuhan pokok untuk hidup sehari-hari.

Sekretaris Eksekutif Yayasan Teratai Hati Papua, Ence Geong, mengatakan warga Nduga yang telah mengungsi hampir tiga bulan, terhitung sejak 4 Desember lalu ini, kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan untuk makan dan minum.

Selama ini warga Nduga yang mengungsi hanya menggantungkan kebutuhan hidupnya kepada keluarga yang menampung mereka selama berada di Wamena.


“Mereka ini hidup dari keluarga yang menampung, dari hasil kebun keluarga yang menampung, beberapa kali memang ada bantuan dari kita di posko, tapi jelas tidak mencukupi,” kata Ence kepadaCNNIndonesia.com, Sabtu (2/3).

Beberapa hari terakhir ini, dikatakan Ence, beberapa warga Nduga yang mengungsi bahkan mendatangi pihaknya untuk meminta bantuan makanan dan minuman. Tak hanya itu, keluarga yang menampung warga Nduga juga mulai mengeluhkan minimnya ketersediaan makanan dan minuman.

Bahkan, diungkapkan Ence, beberapa pelajar sempat pingsan lantaran hanya makan satu kali saja dalam sehari.

“Dua minggu lalu ada beberapa yang pingsan, karena mereka makan terakhir itu Sabtu malam, hari Minggu tidak makan, kemudian Senin pagi ke sekolah tanpa makan, sampai sekolah sudah pingsan,” tuturnya.

Selain makanan dan minuman, layanan kesehatan juga dibutuhkan oleh ribuan warga Nduga yang mengungsi tersebut. Kesulitan untuk makan dan minum telah memengaruhi kondisi kesehatan mereka.

Ence menyebut Dinas Kesehatan Pemda Nduga pernah memberikan bantuan layanan kesehatan. Namun, hal itu hanya terjadi satu kali saja dan belum pernah ada bantuan layanan kesehatan lagi.

Ence juga mengungkapkan selama warga Nduga mengungsi hampir tiga bulan ini, setidaknya tercatat empat warga meninggal dunia. Di antaranya seorang tokoh agama atau pendeta, seorang ibu, satu anak muda berusia 25 tahun, dan seorang bayi berusia dua tahun.

“Kami ingin mengadakan (layanan kesehatan) tapi kami tidak punya obat-obatan, kami tidak punya tenaga medis, kami berharap pemerintah bisa mengurus ini,” ujarnya.

Di sisi lain, untuk layanan pendidikan, menurut Ence sampai saat ini berjalan dengan lancar. Ence menyebut pihaknya mendapat bantuan dari Dinas Pendidikan Pemda Nduga untuk membangun sekolah darurat. Setidaknya ada 13 ruangan sekolah darurat yang ada disediakan bagi anak-anak Nduga untuk tetap mendapatkan pendidikan.

Lebih lanjut, Ence menuturkan bahwa sebenarnya Pemda Nduga mau terlibat untuk memberikan bantuan kepada warganya yang mengungsi di Wamena. Namun, menurut Ence, Pemda masih berfokus pada warga Nduga yang masih bersembunyi di hutan.

“Mereka fokus pada mengurus masyarakat yang bersembunyi di hutan dekat kampung, jadi mereka membawa bantuan ke sana,” ucap Ence.

Warga Nduga itu mengungsi akibat bentrokan antara pasukan TNI dan Polri dengan Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPNPB).

CNN Indonesia

LEAVE A REPLY