Mulai Pulih, Utilisasi Produksi Industri Keramik Capai 65%

0

Pelita.online – Utilisasi produksi nasional dari sektor industri keramik mulai menunjukkan peningkatan. Sebelumnya utilisasi produksi industri ini hanya berkisar 45% sampai 50% karena pandemi Covid-19, tetapi di November 2020 mulai beranjak naik mencapai 65%, dan diharapkan akan menjadi 70% pada akhir 2020.

Beberapa kebijakan strategis telah dijalankan pemerintah dalam rangka mendongkrak daya saing industri keramik nasional terhadap ancaman produk impor, antara lain penerapan safeguard atau pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengaman (BMTP) terhadap impor produk ubin keramik. Selain itu, pemberlakuan harga gas bumi untuk sektor industri sebesar US$ 6 per MMBTU.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian (Kemperin) Muhammad Khayam optimistis, kebijakan yang telah diterbitkan pemerintah ini dapat meningkatkan pertumbuhan industri di tengah masa pandemi. “Kami mengapresiasi kepada sektor industri manufaktur dalam negeri, termasuk industri keramik yang telah menunjukkan keuletan dan mampu memanfaatkan peluang rebound dengan dukungan pemerintah,” kata Muhammad Khayam dalam keterangan resminya, Minggu (6/12/2020).

Khayam menegaskan, pihaknya akan terus berupaya melaksanakan langkah-langkah kebijakan strategis yang merupakan program kementerian, di antaranya substitusi impor 35% pada tahun 2022 untuk mendukung pemulihan industri nasional, serta mewujudkan sektor industri yang maju dan berdaya saing.

Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kementerian Perindustrian Adie Rochmanto Pandiangan, Kementerian Perindustrian mengatakan, pihaknya terus memacu produktivitas dan daya saing industri keramik. Sebab, sektor ini mempunyai potensi dan peluang besar untuk dikembangkan di dalam negeri seiring ketersediaan sumber daya alam yang dijadikan bahan baku, tersebar di sejumlah daerah. “Secara kapasitas dan kemampuan, industri keramik kita telah mampu memenuhi kebutuhan nasional. Namun kami juga mendorong pemanfaatan teknologi guna menciptakan produk yang inovatif dan kompetitif,” kata Adie Rochmanto.

Kinerja Ekspor
Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) mengemukakan, pemulihan industri keramik di Tanah Air terlihat dari hasil kinerja ekspornya. Sepanjang Januari-September 2020, pengapalan produk keramik nasional mencapai US$ 49,8 juta atau meningkat 24%, dan secara volume menembus angka 12,8 juta m2 atau melonjak 29%. “Kinerja ekspor selama sembilan bulan di tahun ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2016,” kata Ketua Umum Asaki Edy Suyanto.

Peningkatan nilai ekspor tersebut, menurutnya, karena meningkatnya daya saing industri keramik dengan harga gas baru dan mulai dibukanya lockdown di negara-negara tujuan ekspor. Adapun lima negara tujuan ekspor utama untuk produk keramik nasional, yaitu ke Filipina, Malaysia, Taiwan, Thailand dan Amerika Serikat. “Lonjakan ekspor terjadi dengan tujuan negara Amerika Serikat mencapai 130%, Filipina sekitar 60% dan Taiwan 40%,” sebut Edy.

Menurutnya, permintaan ekspor ke Amerika Serikat meningkat tajam untuk produk-produk keramik segmen premium, di mana beberapa anggota Asaki telah mengadopsi teknologi terkini dan tercanggih saat ini untuk memproduksi keramik big slab (ukuran jumbo) beserta produk-produk olahan lainnya yang memberikan nilai tambah. “Capaian ini juga membuktikan bahwa secara skill SDM industri maupun kualitas bahan baku lokal mampu bersaing dengan produk keramik sejenis dari negara Eropa,” tambahnya.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY