Sawit Sumbermas Berencana Kembangkan Lahan hingga 5.000 Ha di 2021

0

Pelita.online – Emiten perkebunan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) berencana melakukan pengembangan lahan sawit seluas 3.000-5.000 hektare (Ha) di tahun 2021. Di mana, pengembangan berasal dari cadangan lahan (landbank) yang dimiliki perseroan.

Sekretaris Perusahaan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk Swasti Kartikaningtyas mengatakan, pengembangan lahan sawit sejalan dengan prospek industri sawit yang masih mengalami peningkatan di tahun depan. Apalagi, efek pola cuaca La Nina dipastikan sudah tidak mempengaruhi kinerja perkebunan sawit di tahun depan.

“Kebutuhan akan CPO (Crude Palm Oil) akan meningkat karena CPO dan produk turunannya itu memang dibutuhkan untuk banyak industri. Untuk bahan bakar orang juga sudah melirik biodiesel. Jadi, kami melihat optimisme untuk tahun depan industri sawit masih cerah,” ujarnya dalam media visit secara virtual dengan Berita Satu Media Holdings, Kamis (3/12/2020).

Namun, industri ini diakui Swasti tengah mengalami tantangan, yakni bagaimana perkebunan kelapa sawit bisa memberi kontribusi baik secara ekonomi, sosial dan lingkungan bagi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Di mana, masalah keberlanjutan ini perlu segera dibenahi agar tudingan-tudingan yang negatif terhadap industri sawit dapat diredam.

Produk kelapa sawit yang berkelanjutan, diakuinya akan meningkatkan daya saing baik di pasar domestik maupun internasional. “Kalau untuk negara Eropa itu strict. Asia juga misalnya Korea dan Jepang, mereka hanya mau terima CPO dan produk turunannya yang hanya berseritifikasi ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil). Itu sekarang harus diperhatikan industri sawit. Kalau kami sudah 80% bersertifikat ISPO, tinggal selesaikan dua pabrik lagi dan diharapkan tahun depan bisa selesai, jadi bisa 100% ISPO,” pungkasnya.

Target Kinerja
Terkait kinerja, perseroan juga menargetkan pendapatan di tahun depan bisa meningkat 10%-15%. Harga CPO juga diproyeksikan bisa meningkat di kisaran 10% dari posisi saat ini sebesar RM 3.300 per ton. “Harga CPO di tahun depan akan ada peningkatan tapi tidak seekstrem tahun 2019 ke 2020, karena saat ini sudah sangat membaik,” imbuh Swasti.

Lebih lanjut untuk mengejar target tersebut, SSMS akan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/Capex) sebanyak Rp 300 miliar pada 2021. Secara terpisah, dalam keterangan persnya, Chief Financial Officer Sawit Sumbermas Sarana Hartono Jap mengatakan, sekitar 85% dari anggaran belanja modal akan digunakan untuk program non-planting. Selain itu, belanja modal juga dipakai untuk biaya perawatan pabrik, perawatan perkebunan dan pemupukan. Lalu, sisa belanja modal akan digunakan untuk program planting karena merupakan program jangka panjang yang tidak berhenti.

Hartono menambahkan, dana untuk program penanaman kembali sangat kecil karena rata-rata usia pohon SSMS masih muda yaitu 11 tahun pada tahun 2020. Oleh karena itu, perseroan bisa menekan belanja modal dalam jumlah cukup signifikan.

Di sisi lain, SSMS telah memproduksi CPO sebesar 319.533 ton sampai dengan kuartal III 2020. Jumlah itu menurun 0,3% dibandingkan dengan realisasi kuartal III 2019. Pada produk lainnya yakni Inti Sawit tercatat sebanyak 61,610 MT dan Palm Kernel Oil (PKO) sebesar 16,541 MT.

Sementara, hingga kuartal III 2020, Sawit Sumbermas membukukan laba bersih sebesar Rp 267 miliar, meningkat signifikan dibandingkan periode tahun lalu yang mengalami defisit Rp1,3 miliar. Di mana, penjualan naik sebesar Rp 300 miliar atau 13% dari Rp 2,4 triliun menjadi Rp 2,7 triliun. Selain itu, harga CPO selama 9 bulan mengalami kenaikan pada tahun ini dengan rata-rata nilai CPO sebesar Rp 7,7 juta per ton atau meningkat 23,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Selama pandemi ini kami mengalami kenaikan dari sisi produksi dan penjualan. Adanya insentif pemerintah membuat gairah atas permintaan pasar meningkat. Ada faktor negara lain yakni Malaysia yang mengalami penurunan produksi untuk sawit, karena lockdown dan kebanyakan pekerjanya berasal dari Indonesia. Sedangkan, di kita produksi tidak terganggu karena mengedepankan protokol yang ketat,” ucap Swasti seraya menyebutkan target laba bersih perseroan hingga akhir tahun ini sebesar Rp 400 miliar.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY